Pajak dan Hukum Perpajakan dalam Bisnis
Nama : Sugik Prastyo
NIM : 160321100049
Hukum dan Etika Bisnis Kelas A
Pengertian
Pajak dan Fungsi Pajak
Pajak
adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Pajak merupakan salah satu sumber
dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan
berdasarkan undang-undang. Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam
kehidupan bernegara, khususnya pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan
negara dalam membiayai seluruh pengeluaran yang dibutuhkan, termasuk
pengeluaran untuk pembangunan. Sehingga pajak mempunyai beberapa fungsi, antara
lain:
-
Fungsi
anggaran (fungsi budgeter)
-
Fungsi
mengatur (fungsi regulasi)
-
Fungsi
pemerataan (fungsi distribusi)
-
Fungsi
stabilisasi
Subjek
dan Objek yang Termasuk Kedalam Macam Pajak

- Subjek Pajak Pajak penghasilan
Pph merupakan termasuk pajak subjektif yakni pajak dikenakan
karena ada subjeknya, yakni mematuhi kriteria yang ditetapkan dalam peraturan
perpajakan. Subjek pajak dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak
3. Badan usaha atau non usaha
4. Bentuk Usaha Tetap
- Objek Pajak dari Penghasilan
Objek
Pph adalah penghasilan, menurut undang – undang Pph penghasilan adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama
dan dalam bentuk apapun. Penghasilan yang termasuk sebagai objek pajak
sesuai pasal 4 ayat (1) UU Pph telah diberikan uraian mengenai objek Pph adalah
sebagai berikut ;
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan
penghargaan
3. Laba usaha
4. keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta
5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang
telh dibebankan sebagai biaya
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
penjaminan utang
7. Dividen, dengan nama dan bentuk apapun,
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, pembagian sisa
dari hasil usaha koperasi;
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta
10. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. keuntungan karena pembebasan utang
12. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
13. selisih lebih karena penilaian kembali aset
14. premi asuransi

Pajak
pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau
impor barang kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak, dan dapat
dikenakan berkali – kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan
- Subjek pajak dari Pajak pertambahan Nilai
Subjek
pajak PPN adalah pengusaha kena pajak (PKP) yakni pengusaha yang melakukan
penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak.
- Objek Pajak dari Pajak pertambahan Nilai
Objek
pajak pertambahan nilai menurut pasal 4, pasal 16C, dan pasal 16 D UU PPN,
adalah :
- Penyerahan barang dan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan pengusaha kena pajak
- Impor barang kena pajak
- pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
- ekspor barang kena pajak oleh PKP
- Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain
- penyerahan aset oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula aset tersebut tidak diperjualbelikan, sepanjang pajak pertambahan nilai yang dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan

A. Subjek pajak dari pajak bumi dan bangunan
Subjek pajak bumi dan bangunan adalah orang pribadi atau
badan yang secara nyata:
- mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;
- memperoleh manfaat atas bumi dan atau
- memiliki, menguasai atas bangunan dan atau
- memperoleh manfaat atas bangunan
B. Objek pajak dari pajak bumi dan bangunan
Objek
pajak Bumi dan Bangunan adalah ”bumi dan atau bangunan”, contoh bumi adalah
sawah, ladang kebun dll. Sedangkan contoh bangunan adalah rumah tempat tinggal,
bangunan tempat usaha dll.

A.
subjek pajak
Yang
menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah atau bangunan.
B.
Objek pajak
Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah
dan atau bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan meliputi :
1.
pemindahan hak karena:
a.
jual beli;
b.
tukar menukar;
c.
hibah;
d.
hibah wasiat
e.
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
f.
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
g.
penunjukan pembeli dalam lelang
h.
pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
i.
hadiah
2.
pemberian hak baru karena :
a.
kelanjutan pelepasan hak
b.
di luar pelepasan hak
Hak atas tanah adalah hak milik, hak guna
jasa, hak bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun atau hak
pengelolaan.

A. Subjek Bea Materai
Subjek
bea materai adalah pihak yang mendapatkan manfaat dari dokumen kecuali pihak
atau pihak – pihak yang bersangkutan menentukan lain.
B. Objek Bea Materai
Objek
Bea Meterai adalah dokumen, yaitu kertas yang berisikan tulisan yang mengandung
arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang
dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan dan dokumen yang disebutkan dalam undang –
undang yakni:
- Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata;
- akta-akta notaris termasuk salinannya;
- akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya;
- surat yang yang memuat jumlah uang lebih dari Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
2.3. Kaitannya Pajak dengan Bisnis
Pemerintah menjaring
bekerja sama dengan perusahaan untuk membangun hubungan kooperatif dan tujuan
yang saling menguntungkan. Dasar dari kerjasama ini terletak pada inti
nilai-nilai sosial bangsa dan adat istiadat. bekerja secara bersama-sama
sebagai sebuah keluarga mengarahkan dua kekuatan ini untuk menghasilkan
keuntungan bagi masyarakat dan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar
Hukum Bisnis. Mitra Wacana Media : Jakarta.
Pertanyaan:
1.
Berapa
persen dari jumlah pendapatan seseorang yang dikenakan pajak penghasilan? Dan
berapa persen jumlah uang pajak yang masuk ke kas negara?
2.
Mengapa warisan dikategorikan masuk dalam
subjek pajak?
3.
Apakah
pajak sudah berkontribusi dengan baik bagi masyarakat?
4.
Subjek
apa saja yang bisa dikenai pajak?
5.
Sebutkan
contoh dari subjek pajak dalam negeri?
6.
Mengapa
penarikan pajak tiap komoditas itu berbeda ex: tembakau? Dan apakah ada
penetapan takaran pajak dari pemerintah?
Jawaban:
1.
Seseorang
akan dikenakan pajak penghasilan (PPH) sebesar 1% dari pendapatannya. Dan
jumlah uang pajak yang masuk ke kas negara adalah 53%.
2.
Warisan
dikategorikan masuk dalam subjek pajak, warisan itu tidak selalu uang, bisa
berupa benda ataupun tempat usaha, karena tempat usaha bisa dijadikan subjek
pajak maka harus membayar pajak.
3.
Ya,
pajak sudah berkontribusi dengan baik baik masyarakat karena pembangunan
berkelanjutan terus dilakukan seperti pembangunan sekolah, toilet dll
didasarkan dari pajak, maka itu artinya pajak sudah berkontribusi dengan baik.
4.
Subjek
yang bisa dikenai pajak adalah yang sudah mendapatkan izin dari pemerintah,
contohnya restoran yang membayar pajak namun juga membebankan pajaknya kepada
pelanggan.
5.
Contoh
dari subjek pajak dalam negeri adalah pajak penghasilan (PPH)
6.
Penarikan
pajak tiap komoditas itu berbeda, contohnya tembakau. Karena tembakau merupakan
bahan utama dalam pembuatan rokok maka salah satu strategi pemerintah dalam
melarang penggunaan rokok adalah dengan menaikkan harga rokok dan itu juga
menyebabkan pajak tembakau menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas
yang lain.
Komentar
Posting Komentar